Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2016

Kilas Rindu - satnight dalam lembran putih diatas tinta hitam

                                                                                     Kilas Rindu                                                                                  Create : Putri Senja     Taukah ini malam apa? Seperti biasannya aku masih dalam senggang waktu tanpa kasih darimu. Dimana tata letak keabadian hanya pemicu rintih demi rintihan kalbu. Malam gelap dengan sunyi memikatku dalam bayangan semu hadirmu. Disiniditempat kita menghabiskan waktu, tanpa tau dimana kita akan bertemu. Disini kita bercerita tenntang semut-semut yang menari dan bernyanyi seolah ikut berdrama dalam cerita ini. Malam ini masih sunyi dengan biasa kita lantunkan puisi sepi geming malam tanpa cahay senyum terang sang rembulan. Dengan biasa kita haturkab jemari bintang yang melingkar dalam langit malam seolah ingin berdendang warnai gulita malam. Disini dengan sebongkah rindu dan penantian.. Sembilah rasa pernah padam kala gemercik lelehan sunyi dipipi menembus jaring jaring kepalsuan.. Sun

selarik cerita malam - puisi malam sang perindu

Gambar
Puisi malam - Rindu?  Waktu? Bertemu? Sejuta jarak membentang Lalui penantian panjang Sungguh? Drama misterius sang waktu Ikrar rindu Aku bersabda atas jeritan hati Tentang bagaimana dan siapa? Kapan dan dimana? Rindu ini aku pasrahkan Lewati rentan Jaring-jaring Penjelma waktu Yang semakin menyiksa  Batin sang perindu ... Kepada Perindu -

Tanahku,Tanah Menempa Ilmu - Yayasan Syubbanul Wathon,Teglrejo Magelang

Gambar
Foto : miniatur bangunan yayasan Syubbanul Wathon Pondok Pesantren Api Asri Tegalrejo Magelang Tanahku Tanah Menempa Ilmu Oleh : Luluk atul Sepetak dalam angan berjajar menjadi impian Saat baris negeri raja berpeci dan ratu bersarung Pemilik sang kedamaian jiwa Ditanah yang penuh dengan cerita Kukiprahkan langkah kaki Meski pernah bermimpi untuk pergi Tapi waktu mengubah menjadi sinergi Tanahku tempat nan ricuh Ricuh akan tawa gemuruh dalam pertanyaan tak masuk akal Ricuh akan tawa tangis meminta pulang Ditanah ini kutemukan sejuta kisah kawan,pengurus dan pembimbing penentu pulang Sang pengasuh yang tak pernah lelah membimbing dan mengarahkan Tanahku,tanah menempa ilmu Tangisan jadi bahan dasar Bersabda,menghafal,bermusyawarah  Belajar,berorgaanisasi,mengaji dan mengabdi Dari perkara yg tak pernah kudapati Hingga kini menjadi alih penembus mimpi Seratan demi seratan Lembaran demi lembaran  Penuh petuah tergores dengan

Puisi Hari Santri Nasional - Coretan Kecil Pesantren

Gambar
Coretan Kecil Pesantren Oleh : Luluk Atul Rindu kepada sang guru.. Yang tak pernah lelah mengajariku Sabda-sabda yang pernah bersua Mengiang saatku lalar aksaraku Waktu itu.. Dimana lembah-lembah peraduan berkelana Tikar yang berebut untuk alas kita tidur Bersabar hanya untuk sesuap nasi Bersabar hanya untuk antri mandi Dalah-dalah yang berkiprah  Laksana samudera yang membentang  Berta'alum  Tuk ridho seorang guru Waktu itu.. Hanyalah sajadah tempat kita melepas lelah Gema adzan yang kita nantikan Dan lantunan-lantunan ayat suci Al-quran Menambah fitrah Kala itu.. Dobrakan jendela,membangunkan diri Subuh,menjadi tempat beradu  Pengurus menjadi luapan malas diri ini Kala itu.. Menanti dalah biasa dilakukan Gema nadhom yg mengiring menambah riuh kelas pengajian Saat pena beradu Coretan demi coretan menjdi makna Aksara pegon menjdi tatapan Kita beradu dalam berilmu.. Kala itu.. Canda tawa,bercerita

Andai Aku Bisa Bicara - NBA

Diam dalam doa Andai aku bisa bicara ku meronta Aku sakit aku sakit saat kau belai tubuh ini Kau siram dan kau mandikan Meski aku tahu belaimu lembut tak menyimpan sejuta jarum dan gerigi Andai aku bisa bicara Kupinta pakaian nan indah Kendaraan yang mewah bukan roda manusia tertutup bongkah Setengah tabung terhias bunga Andai aku bisa bicara Kubangun rumah yang megah bukan tanah 2x4 meter Andai aku bisa bicara Kusewakan hotel mewah untuk mereka singgah dan makanan mahal untuk mereka makan Bukan.. Air putih dan sehelai tikar Andai aku bisa bicara Jangan menangis.. Air matamu takkan sanggup kembalikanku Bawakan aku seuntai doa agar aku terdiam Dalam lautan kamboja yang menikam dibalik tanah Dengan tenang Andai aku bisa bicara Bawakan aku lampion agar cahyaku tak padam.. Lalu aku tersadar Aku hanya mayat yang sebntar lagi menghadap sang Pecipta Tak ada daya tanpa kekuatan sebuah doa Sungguh maaf aku yang terlena Terlena akan nafsu dunia ya

puisi-seulas kata perkata " Jalanku "

 Jalanku ialah jalan yang kau pijak siang dan malam Berayun lewati remang2 sapu tak berkesiangan Lihay nian gemuruh oksigen yang membelai Bak lilitan dalam belukar Kau tahu kenapa terjal? Karena batu itu enggan pergi dia telah nyaman hidup dalam kenakalan Tak kunjung jua? Kau tahu kenapa terjal menjadi istimewa? Disitulah kutemukan mimpi sang pecinta Bukan lagi sebagaimana aku harus berdiam Melainkan berjuang dengan detak jam weker tubuh yang tak lelah Lalu? Tak kau sikut dengan tanganmu yang manis itu? Jalanku adalah jalanmu Gunung pasir dan tanah serta kerikil Seolah bernyanyi dengan nada.. Aku dan aku yang teramat lelah,kapan aku pergi? Bersenandung terus tanpa ada obat penyembuh luka Lalu belerang menjawb... Tunggulah esok dengan pesonaku Kugantikan dirimu dengan seluruh angan yang bernostalgia dalam jalanku.. - Jalanku -

Putri Sianida_

Putri sianida Negeriku oh negeriku malang.. Negeri hukum yang penuh rintangan.. Penjara bukan lagi tempat mengerikan Melainkan hotel mewah yang dirancang para putri dan raja Lalu sang penasehat dalam raja itu bertitah Negeriku istana megah pemilik seribu pulau nan megah Berjaring-jaringlah kau dengan rumput yang bergoyang Siput yang berlari dan pelangi yang melingkar dalam sangganya Tak ubahkah kau dalam jarit yang mengelar bak karpet merah yang menjulang untuk sang pedebah Oh euforia negeriku terbuai sudah Dengan kilau emas merah biru dan hijau bahkan kapten pattimurapun berlabuh Andai aku bisa bertanya? Oh raja apakah kerajaan ini sudah tertidur pulas? Hingga membutakan adil dan merdeka Mana yang racun dan mana yang madu . Tak ubah kau bedakan pula? Naas sekali Mereka yang kecil dibantai habis-habisan Dan mereka yang raja disuguhkan kemewahan Tapi peduli salah yang dibuatnya? Manis pemanis yang ia buat Lalu meracuni mereka dengan muslihat O

Puisi Sederhana Penyambut Pagi

Gambar
Kabut dilangitku Pagiku sambut kicau burung tertidur pulas berngiang-ngiang Dengan radar publik yang semakin sempit Sepagi inikah? Mentari tertutup kabut  Menggigil tak terlihat hingga menutup diri dengn selimut Oh sungguh? Apakah kau mirip mentari itu? Jika iya? Malang nasib dikau kanda Kau kejarlah apa yang menjdi anganmu Bernostalgialah dengan aroma udara yang menyikut sekujur memori Oh sungguh  Jika iya? Tak apalah kau menari dalam selimut itu Tapi jangan tanya? Jika hidup tak lagi kau dapati lagi Hingga kau meronta dan meronta Dan melirik mereka yang bergegas Apakah kau akan seperti itu? Oh sungguh Jika iya,hanya suara Gumam tak ada guna Lantunakan sabda rindumu pada angin Hingga ia sampaikan  Warna warni  Isi dalam benakmu Lalu?gugahlah kembali Semangat Yang pernah berkobar Dalam ruang Tak bersyarat Dan Berdirilah Menantang asa Yang menjujung Bersama mimpi Yang kau suguhkan Dalam Sabda rindu Mu

Pena Hujan

Hujan tetaplah dalam sandaranmu dengan drama yang kau suguhkan tempo ini Lalu basahilah aku dengan kedamaian tanpa kau padamkan api semangat dalam jiwaku,hingga masa menyebut dalam pijakan langkah yang kuyub dengn angin yang membelai dingin menyergap dlam tubuh,dan kau tak ganggu langkah ini untuk berjalan menggapai mimpi dan merajut asa dengan sejuta  harapan mulia..tak jua itu laron-laronpun bersenandung dengan sayap yang ia kibaskan lewati rintik dan genanganmu.. Lalu tetaplah kobarkan semangat ini untuk berjuang melawan arus gemercikmu.. Hingga aku kabarkan pada mentari aku bisa menembus hujan.. Dan kualirkan kenangan yang sempat menghalau langkahku bersmamu agar tak kutemukan tangis dan kehampaan kembali agar ia terpendam dalam bumi atau bahkan ikut menari dibantaran sungai dan kali.. -diamond- Ditengah hujan kenangan- Temanggung-

Puisi - Jeritan Seorang Petani -

Jeritan Sang Petani Elok negeriku bernuansa alam Lembar berdiri menantang langit Dingin menyergap lautan tubuh terbunuh Hiruk-pikuk hanya maya dalam media Ohh negeriku Berjuta dedaunan menjadi penghidupan Sinar raja menjdi penantian Dan hujan menjadi ketakuatan Waktu berimbuh menjadi budak dalam sengketa Kemana arah langkah untuk berjuang kembali Jika kau tak tau suara hati kami Negeriku bersenyum lewati aral yang melintang "hai,kau hidup dengan racun apa kau takkan terbunuh" aku hidup dengan sejuta riang dengan canda tawa  dan keringat yang memupukkan sayangnya tak mungkin aku terbunuh jawabku. Andai kalian tahu kita tak berdaya dengan para bedebah Mangkir,membentak,menolak bahkan menjadikannya racun yang mematikan Sungguh irama musim panas tak terkurap lagi Nyawa kami adalah suburnya hijau lahan,menupuk sejuta harapan yang merebah Tak kau hiraukan suara kami jua Paras kami serba kotor Badan kami bahkan bau akan pupuk kandang tapi ta

untukmu yang sempat hadir

Untukmu yang sempat hadir.. Apa kabarmu? Semoga baik2 saja aku selalu mendokannya.. Untukmu yang sempat hadir sekarang kita jarang berjumpa bahkan tidak pernah apalagi untuk sekedar bertanya lewat media sosial sepertinya juga tidak pernah.. Aku menulis ini karena aku merindukanmu,ya merindukan yang biasa datang tanpa dipinta dan pergi tanpa berpamitan,itulah kamu. Untukmu yang sempat hadir warna yang kau gabungkan dalam panorama hidup mampu membentangkan cakrawala  dalam sunyi yang semakin nenukik ku untuk terus berjalan bersamamu.. Tapi aku sadar kini kau hadir sebagai bayangan yang mungkin tak dapat lagi kuraih bersama nyatamu. Untukmu yang sempat hadir.. Kemudian waktu seolah berubah memanjakanku yang pernah terpuruk karena, pelangi yang datang setelah hujan yang menguyur hidupku. Hingga pada akhirnya aku bisa tertawa lepas dengan beban yang selama ini tertoreh dalam pena senjaku yang semakin lapuk dan enggan untuk berlabuh lagi. Lalu dari situlah aku berusaha menjadi senja yan