Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2019

Puisi 1 "Hilang"

Pada detak yang kurasa, kau selalu meraja jadi yg utama Pada tatap yang kuabadikan, ada sinyal berupa bayang, Yang selalu datang tanpa dijeda, Aku membuka ulang, kenang yang senantiasa tertata rapi dimemori kenangan, Kisah-kisah dramatisasi yang tak pernah kuduga, berakhir seperti ini Masihkah kau peduli? Dengan tata, sikap, tindakan yang tak elok? Seperti saat dulu, tegurmu selalu ada dihari-hariku? Masihkah ada, senyum terbaik saat masam selalu kusuguhkan? Entah, diantara rasa takutku, aku merindukan kebiasaan2 itu, Saat aku pura2 tak peduli, masihkah ada rasa kasih tanpa (an) yang selalu aku agungkan seperti sedia kala saat rasa itu aku perdebatkan, Tuhan, maafkan aku sekeras aku berusaha tidak peduli sekeras itu lukaku semakin menghantui, Ya.. Ijinkan aku terus berharap, semua kembali Dan tak ada lagi tangis tragis yang menimpa kita semua seperti sekarang ini, Aku menyayangi kalian, Kalian yang sudah kuaanggap keluarga sendiri.. ❤ 19:49 Temanggung 

Puisi Sore

Sebuah Luka Tak ada yg lebih mengerti dari diri sendiri Ia yang membungkam sejuta sesak tanpa membongkar sejuta amarah Ia yang tersusun rapi Hingga rasaku seolah mati Dimana, yang kau janjikan tak akan pergi? Jika pada akhirnya saling melukai adalah cara mencintai paling abadi? Dimana, janji untuk selalu menemani, saat semua kata pisah berujung pada garis istilah yang tak diperistirahatkan dari dua kata yang berselisih Ya, tak ada yg lebih mengerti Dari kerasnya sikap, dan lembutnya hati Dimana tangis merajalela tanpa jeda, Tanpa sepengetahuan, dan tanpa spasi Dibaris kata yang kusebut luka, Yah, aku pikir saat semua menjauh ada raga yang berkenan utuh Yah, aku kira disaat semua membenci, ada doa yang selalu melangit tanpa henti Yah, itu hanya pikiran yang mengira-ira akan kah sama? Semua berlahan menjauh dan pergi Berlahan-lahan hilang ditelan bumi, Diamku adalah doa yang kulangitkan jauhh, atas kebahagiaan yang utuh Masyaallah, sesakit ini kah? Masyaallah Tabara

Temanggungku

Gambar
Negeri Hijau-Ku Jalan setapak temani langkah Memandang nyiur lambai menyapa jilbab tuk berderai Langkah demi langkah bernada (tak) pasrah Ia berjalan menyusuri langit-langit kehidupan Ini tanahku ?, kataku dalam hati Negeri nan elok yang diidam-idamkan kalangan? Sumbing- sindoro dengan gagah berjajar Didalamnya emas hijau berkumandang,lautan kopi menambah pemandangan Tak hanya itu berbagai macam surgawi dipersembahkan Ini tanahku?, tanah yang kubuka mataku ia menampilkan Hamparan hijau, dengan nuansa   menyejukkan Meski beberapa digantikan beton-beton tuk menompang kehidupan Tapi setapakku mengartikan Dua per lima langkah berjalan Senang gembira saat kutatap teduh kotaku Kota kelahiran yang harus dijaga keseimbangan Demi nyaman hati, dan rindu pulang dalam rantauan Tak ubahku, alam yang mendamaikan dengan ciri khasnya Menyapa langit-langit disore hari Saat langkah berhenti diteras rumah Secangkir kopi dan sepiring gorengan menanti Me
SEBUAH PENGENALAN AKAN TUHAN Pada akhirnya pulang adalah jalan terbaik menuju kedaulatan perasaan. Bagaimana tidak, ketika semua ambisimu dilenyapkan satu kali dalam keangkuhan bernama ego diri semua sudah tak ada lagi. Dan pergi adalah perpulangan yang sah dalam sebuah persembahan yang semestinya. Luka memang tak dapat kita hindari, pada jalan yang tak semestinya langkahku di buat patah, jalanku dibuat buntu , dan rengek tangis mulai pecah. Nyali-nyaliku menciut,semua menciptakan andil dari semua ini. Kesalahan adalah kesalahan. Semua butuh pertanggung jawaban. Dan semua memiliki resiko tersendiri dalam setiap hal. Timbal balik dalam setiap perbuatan yang dilakukan. Benar hanya kepada Sang pemilik hatilah   yang sebenarnya, kita menampung segala beban kesulitan yang bernama perasaan. Ia yang telah mengaturnya, menciptakan sedemikian rupa, hingga kita mengenali apa yang telah Tuhan beri, Ia telah menyayangi hambanNya. Dan takkan mungkin membiarkan hambanya terjerumus dengan