Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2017

Wisata Embung Kledung, Temanggung - Sebongkah Rindu Untukmu

Gambar
Kepada Jingga yang Ku Rindukan Foto : Luklu'atul Asiyah Satu hal yang tak kumengerti,  Dari sekian baris dalam coretan kecil hidupku...  Kudapati senja yang menglonglong dalam langit mendung..  Siluet yang memangku dalam pandang  Aku terpesona dalam buana yang nyata..  Disana dilembah biru aku temukan..  Sesosok pangeran berkuda dibawah naungan senja Membawa sebongkah berlian dengan buah cinta yang nyata Dibalik itu, kudapati lagi seorang lelaki yang tak pernah kukenal Dia termenung disekujur danau,  Kutanya,  Siapakah kau duhai teman,..  Aku, adalah lelaki miskin yang sedang jatuh cinta  Tapi tak kudapati cinta itu kembali kepadaku..  Duhai, langit..  Aku bersenandung atas siapa yang menciptakanMu..  KepadaNya kau berserah diri duhai lelaki temanku..  Dan senja masih saja bersaja..  Aku tersentuh atas kisah yang kau haturkan duhai teman Dan kini aku termangu kepada senja yang yang tersingkir oleh mendung Aku merindukan jin

Saat Harapan Tengah Pupus

Tanpa Judul Bukan saja tak melihat paras Tapi lumat dalam sekejap Seperti meja kerja yang berserakan Beribu kertas berhamburan Setumpuk tugas telah menunggu Tanpa tinta yang beradu, Dan aku.... Tinta, Tinta yang kau campur dengan air Aku adalah tinta dan aku adalah air Yang bersatu Dengan ketidakmungkinan Karena aku adalah aku Tergiur dengan berkas musuh Yang menampak sejuta dollar Sadar diri sudah Hati bukan pelampiasan harta Tak lain pelampiasan jiwa Kepada jiwa-jiwa yang kesepian Dan aku merasakan Tersiksa daku dengan harap semu Kau yang berutang seribu janji Kau lampiaskam dengan senyum manis lalu pergi Dan masih saja kuterpaku Dengan nada berlahan yang menusuk namun menghilang Roda-roda berputaran Mengintari hati yang melepuh Kian melepuh. Hingga kusadari Faajar tengah menyingsing Dan rutinitas sudah menunggu Yang kulihat pagi ini Aku tertidur dengan harapanmu... Temanggung, 21 februari 2017

Puisi Bersambung

Entah Sebilah pedang menancap dalam relung hati Menyayat membelah hati berkeping sudah Hancur lebur Obat apakah sembuhkan luka ini Bukan perban atau betadin Luka yang menganga Tak kasat mata Membaur menyeluruh semakin dalam terperosok Didalam jurang tak berkesampaian Entah kemana lagi aku berjalan Lewati arus untuk mencari obat Aku pernah lengah hingga terbuai Lalu laksana pahit telah merajam Dan mengikis dalam sanubari Dan ini hati yang terluka Lalu lenyap bahkan mati Untuk apa puisi ini? Bersambung...