Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2016

puisi kecilku

Manja Kata kecil yang mengartikan ribuan makna Silih berganti menjadi picu otak bertingkah Sapaan mata melirik tak ada daya Saat manja mendera Hanya tubuh bergerak diam tiada kata Ego melarang sukma melalang buana Seperti hujan yang mengguyur Melpas sunyi saat pekat menari-nari Kemanakah rasa ini? Lalu beranjak memaksa sayang berujung tiada arti Manja Kata kecil yang menganggap semua istimewa Tak jua harapan yang sirna dalam sepucuk nostalgia Kecil berlari mengejar ayam bahkan kucing tak berdosa Merengek balon yang dipinta Manja Kata kecil menjelma dalam lereng suaka yang mendaeah Tingkah yang merajah Bagai sinabung yang meraung Tapi manja Mampu luluh ketika sadar tak berparuh Nyanyian kecil mampu menggulainya diatas nyaman tiada tara Tapi apalah Saat manja berubah jadi ego yang mematikan Sukmapun hanya diam Merambang kebimbangan dalam setapak kasih diatas lentera Manja Kata kecil yang kutarik dalam nyanyian bunda Kutemukan dari gorong-gorong kisah lalu Ya
Hidup ini ... seperti langit yang tenang ini kadang mendung kadang cerah seperti kisah hidup ini kadang posisi diatas kadang posisi dibawah tapi bagiku... semua itu bukan masalah tapi bagiku semua itu berkah jika kita sabar menyikapi semua ujian hidup ini Hidup ini bukan sekedar mencari sensasi tapi hidup ini perlu kesungguhan hati menggapai cita-cita dan mimpi belajar dari kesalahan belajar dari pengalaman belajar dari segala keadaan sebagai bekal kehidupan. Lalu ketemukan arah dimana langkahku akan beranjak..

suara negeri

       Mahabah negeri untuk kehidupan menjaelangkung dalam porsi yang lumayan parah. Amukan massa merajalela ketika bida*ah menjadi alasan untuk menjalani kehidupan. Menjalani rutinitas yang tertindas dengan zaman,tak kau kendalikan jua? Ooh negeriku malang nian nasibmu. Kau terbunuh dengan sejuta rakyat yang menyiksamu dengan angkara murka, mereka yang berjalan penuh kesombongan menginjakan tanah tanpa brlas kasihan,kemana kata yang terucap untuk mensejahterahkan negeri, kemana terucap untuk membangun negeri. Kenyataannya hanya merusak dengan pembodohan dan hirarki. Malang nasibmu pertiwi.. Mahabah yang kau agungkan tertelan dengan kopi berdasi. Menikamnya dengan coklat yang nikmat.. Kau sungguh agung jutaan tahun lalu.. Tapi kini kau lenyap lenyap dalam negeri pembudakmu.. Pertiwiku sekelilingmu kini hanyalah musuh yang siap membunuhmu dengan jutaan senjata yang mematikan. Dan tak membuatmu berdiri lagi.. Menjulang sikaya memakan durian yang dia petik dari kesengsaraan penghuni pe