Judul yang Tak Terseleksi
Wanita cerutu
Gadis belagu diujung desa itu,
Bersantap kopi bercerita wagu
Pernak pernik kehidupan menambah aroma baru
Diteras gubuk beratap kayu
Ia menjelma bak putri yang mengasah palu
Ditompangnya masalah hidup yang kelabu
Mata yang nanar dihujam sabu
Ia termakan dalam halu
Ayah,ibu sudah mati ditangan seorang babu
Tawanya tak lagi terdengar
Air matanya tak lagi berkabung
Yang ia tau , kapan saat ia membalas dendam
Pada babu yang membunuh masa depan
Dan masih dengan tangan yang memegang cerutu
Dihisapnya pelan-pelan sembari menunggu ajal datang
Temanggung
30/11
Jejak Sang Penguasa
Saat lambaimu kian meraja
Pada bab-bab yang yang tak semestinya
Tangan-tangan menyapu kuasa
Kaki-kaki bernada bicara
Hambur uang jadi kebebasan
Menindas menghakimi kesalahan
Tak lupa diri jadi jaksa
Tanpa mengoreksi salah dan lupa
Bahwa ia juga manusia
Seenak jidat memaki tanpa malu
Seenak bertindak tanpa tau
Orang-orang yang merasa suci
Ia lupa sebelumnya
Ia juga bukan siapa-siapa
Sebelum ini
11:39
Pamit
Aku mengejar hati dibatas hari
Diujung senja teman sepi
Renung dalam tangis terbendung
Kisah pelik berdrama setiap kali
Meski setiap hari adalah misteri
Kau yang biasanya kulangit dan kusebut
Dalam hening sepertiga peluk
Tuhan yang mendamaikan
Yang tak pernah ingkar janji disetiap keadaan
Meski tau hak sepenuhnya tentang hidup
Perjalanannya harus disyukuri
Pahit,manis,hambar sudah pasti
Pada akhir diujung hari itu
Ada seseorang yang sudah saatnya pergi
Pamit tanpa berjanji lagi
15:39
Kau dalah Fana
Kau itu Fana, tapi kau nyata dalam aksara
Kau itu Fana, tapi kau selalu mengintari pikiran tanpa disadar
Kau adalah fana yang nyata dengan senandung yang melara,
Pada saat ini , bukan mataku lagi yang kau tatap
Bukan tubuhku lagi yang kau peluk,
Dan bukan jiwaku lagi yang kau tenangkan
Kita hanya sebatas bercanda pada lara masing-masing
Kau dengan luka-luka
Aku dengan air mata
Kita sepasang yang bukan lagi ada
Kita berhenti diperhentian yang tak semestinya
Pada langitNya, aku selalu mencarimu
Pada bintang yang dititip dalam jemarimu,
Pada udaraNya yang mengintari
Menyapaku sembari mengibar aksara rindu
Indah kataku, dengan begitu aku sedang mencintaimu
1/12
14:37
Kunci Rumah yang Tertinggal
Dipagi yang sunyi, kisah mulai berdiskusi
Obrolan kopi ditambah cemilan diatas meja berseni
Pada teras rumah diayunnya ayunan tua yang bersinergi
Matanya yang rabun, masih mampu membaca sajak dikoran Minggu pagi
Kek, mari berladang kuingin mengambil sebilah bambu
Untuk kujadikan layangan, Ajak cucu kesayangan,
Kemudian ke ladang, beberapa saat kemudian
Tetangga baru memergoki radio cantik didalam
Ia mengambil tanpa permisi lalu pergi
Dibereskannya sisa-sisa makanan agar tak meninggalkan kesan
Tapi lupa , bahwa penghuni pasti tau dimana ia akan bertemu
Pulang, terik mentari semakin bersinar
Betapa kaget melihat cemilan habis tanpa sisa
Tak ada gerangan apapun datang
Dilihatnya kunci yang masih di tinggal
Darisanalah kehilangan berawal
22:12
Puisi Tentang Temanggung
Kota Kelahiran
Kota kecil dengan kedamaian dan wahana Tuhan
Pada waktunya tiba, tradisi mulai digelar
Panen masal jadi pemandangan di sepanjang jalan
Di gelarnya tembakau-tembakau racikan
Dikeringkannya untuk dijadikan uang,
Kota kami ramai, ketika tahun pergantian
Disebarluaskannya festival dan doa digelar
Agar panen tahunan jadi tabungan
Kelak dimasa yang akan datang,
Unik memang, tapi menyenangkan
Saat diri berlayar ada tanah yang selalu kurindukan
Dikota kecil yang penuh kenangan
Dimana kutemukan orang-orang
Yang selaras dan sejiwa demi kemajuan
Dan kepentingan kebersamaan tanpa meninggalkan adat dan tradisi yang berkesudahan.
22:51
Komentar