Jeritan Sang Petani Elok negeriku bernuansa alam Lembar berdiri menantang langit Dingin menyergap lautan tubuh terbunuh Hiruk-pikuk hanya maya dalam media Ohh negeriku Berjuta dedaunan menjadi penghidupan Sinar raja menjdi penantian Dan hujan menjadi ketakuatan Waktu berimbuh menjadi budak dalam sengketa Kemana arah langkah untuk berjuang kembali Jika kau tak tau suara hati kami Negeriku bersenyum lewati aral yang melintang "hai,kau hidup dengan racun apa kau takkan terbunuh" aku hidup dengan sejuta riang dengan canda tawa dan keringat yang memupukkan sayangnya tak mungkin aku terbunuh jawabku. Andai kalian tahu kita tak berdaya dengan para bedebah Mangkir,membentak,menolak bahkan menjadikannya racun yang mematikan Sungguh irama musim panas tak terkurap lagi Nyawa kami adalah suburnya hijau lahan,menupuk sejuta harapan yang merebah Tak kau hiraukan suara kami jua Paras kami serba kotor Badan kami bahkan bau akan pupuk kandang tapi ta
Kepada Jingga yang Ku Rindukan Foto : Luklu'atul Asiyah Satu hal yang tak kumengerti, Dari sekian baris dalam coretan kecil hidupku... Kudapati senja yang menglonglong dalam langit mendung.. Siluet yang memangku dalam pandang Aku terpesona dalam buana yang nyata.. Disana dilembah biru aku temukan.. Sesosok pangeran berkuda dibawah naungan senja Membawa sebongkah berlian dengan buah cinta yang nyata Dibalik itu, kudapati lagi seorang lelaki yang tak pernah kukenal Dia termenung disekujur danau, Kutanya, Siapakah kau duhai teman,.. Aku, adalah lelaki miskin yang sedang jatuh cinta Tapi tak kudapati cinta itu kembali kepadaku.. Duhai, langit.. Aku bersenandung atas siapa yang menciptakanMu.. KepadaNya kau berserah diri duhai lelaki temanku.. Dan senja masih saja bersaja.. Aku tersentuh atas kisah yang kau haturkan duhai teman Dan kini aku termangu kepada senja yang yang tersingkir oleh mendung Aku merindukan jin
Foto : miniatur bangunan yayasan Syubbanul Wathon Pondok Pesantren Api Asri Tegalrejo Magelang Tanahku Tanah Menempa Ilmu Oleh : Luluk atul Sepetak dalam angan berjajar menjadi impian Saat baris negeri raja berpeci dan ratu bersarung Pemilik sang kedamaian jiwa Ditanah yang penuh dengan cerita Kukiprahkan langkah kaki Meski pernah bermimpi untuk pergi Tapi waktu mengubah menjadi sinergi Tanahku tempat nan ricuh Ricuh akan tawa gemuruh dalam pertanyaan tak masuk akal Ricuh akan tawa tangis meminta pulang Ditanah ini kutemukan sejuta kisah kawan,pengurus dan pembimbing penentu pulang Sang pengasuh yang tak pernah lelah membimbing dan mengarahkan Tanahku,tanah menempa ilmu Tangisan jadi bahan dasar Bersabda,menghafal,bermusyawarah Belajar,berorgaanisasi,mengaji dan mengabdi Dari perkara yg tak pernah kudapati Hingga kini menjadi alih penembus mimpi Seratan demi seratan Lembaran demi lembaran Penuh petuah tergores dengan
Komentar